Kisah ini nyata dari penulis dan baru kali ini ingin sayamenuliskan nya untuk berbagi dengan teman - teman yang lain. Kisah ini teringat kembali karena sekarang lagi musim nya Anak - anak berkemah. Barangkali dari pembaca ada teman - teman seangakatan ku dulu di SD yang ikut dalam perkemahan, karena tidak semua dari teman - teman ikut kegiatan ini. Dan tentunya juga ikut satu Regu dalam Kegiatan Perkemahan itu dan terutama tentunya yang ikut dalam acara Kegiatan Malam (JERIT MALAM) , karena sebagian ada yang di tinggal di tenda, cuma saya lupa siapa mereka yang tidak ikut kegiatan Jerit Malam dan harus tinggal di tenda. Mereka yang ikut Jerit Malam, kalau membaca tulisan ini pasti akan teringat kembali kisah yang aku tuliskan ini.
Ini kisah anak - anak tentang petualangan malam yang di bumbui dengan merindingnya bulu roma.................
Waktu itu kalau gak salah, aku masih duduk di kelas 5 Sekolah Dasar. Kenapa Kelas 5 yang di pilih ikut kegiatan ini? Itu karena pertimbangan bahwa kelas 5 adalah kelas tertua, yang masih punya waktu untuk kegiatan yang sifatnya ekstra, sedang kelas diatasnya, kelas 6 adalah di persiapkan untuk menghadapi EBTA/EBTANAS tentunya. Karena paling tua jadi dianggap paling siap baik fisik maupun mental untuk mengikuti event se kecamatan itu.
Kelas 5,.......
jadi kira - kira tahun 1981 lah. Waktu itu Penerangan Listrik belum menjangkau ke Pedesaan - pedesaan. Kota pun hanya jalan - jalan protokol yang ada penerangan jalan umum. Rumah - rumah warga kebanyakan masih menggunakan lampu Templok. Lampu Petromak pun hanya kalangan tertentu. Jadi kalau malam sangat lah gulita........
Kami beregu kalau nggak salah terdiri dari 10 orang. Satu Sekolah mengirim 2 regu putra & putri. Kami berkemah di Lapangan Kecamatan.
Tidak seperti kemah jaman anak - anak sekarang.........jauh beda.
Kami bawa peralatan masak sendiri, beras , garam & bumbu - bumbu untuk nanti di masak sendiri. Pasang tenda sendiri, apapun serba di lakukan sendiri - sendiri dengan teman - teman. Begitu kompak dan mandiri. Sangat beda dengan anak - anak sekarang.
Dekat dengan kami berkemah ada Kali besar,.KALI KEMIRI..............yang konon kata orang di desaku , kali itu ada penghuninya. Ada buaya, buaya jadi - jadian & ada siluman konon katanya. Kami dalam angan anak - anak tentunya, disuatu desa yang bukan desa dimana aku tidak tahu seluk beluknya.........negeri Antah Berantah, begitulah.
Bayangkanlah di usia kecil itu di tahun 80-an........gelap kalau malam........
Sampai pada inti cerita.........
Dipilihlah beberapa dari kami mewakili regu, untuk mengikuti kegiatan Jerit Malam. Inti dari kegitan ini adalah kegiatan yang dimulai tengah malam, kemudian mengikuti jejak yang sudah di tentukan untuk di ikuti, selanjutnya kita di minta untuk menemukan suatu target(benda) di suatu tempat. Biasanya tempat itu adalah pekuburan. Dan jaman dulu itu yang umumnya memang pekuburan. Dan memang tempat yang jadi sasaran Acara Jerit Malam waktu itu yang memang KUBUR.
Bayangkan Kubur di desa Antah Berantah, bukan desa nenek moyangku, di th 80-an yang gelap gulita di kala malam dan di sebelah kali besar yg konon katanya serem. Dan waktu aku kecil, beredar cerita penculikan anak kecil, di potong kepala nya tuk tumbal suatu proyek. Kalau dulu kami menyebutnya di culik BEDOGAN. Paling NGERI !!!!
Sebelumnya kami dikumpulkan di lapangan yang terbuka. Semua Regu dari masing - masing GUDEP berkumpul. Di kasih briefing dan semacam nya lah. Tentunya di ikuti gaya tegas ala militer lah. Di sela - selanya kita di suguhkan instrument dengan alunan yang bikin bulu roma berdiri. Ada suara jeritan, auman dan semua yang bikin kita ngeriiiiiii. Angin dingin menambah suasana mencekam.
Jaman itu paling ngetrend adalah saat kita sudah keluar dari bumi perkemahan, melewati rute yang sudah di tentukan, menerobos semak - semak, perkebunan atau di pekuburan, adalah........semacam uji nyali.
Saya di tunjuk jadi ketua Regu, dengan anggota regu di pilih dari anak - anak yang katanya pemberani dengan sedikit predikat nakal. Saya bukanlah orang yang pemberani amat lah dan jelas bukan type penakut. Kalaupun saya penakut adalah , saya lebih takut kepada hal - hal yang lebih real, misal BEDOGAN itu dan orang jahat semacamnya dari pada terhadap Hantu atau syetan semacamnya. Karena sampai sekarang saya nggak pernah lihat rupa yang namanya Hantu ataupun Syetan itu. Bukannya tidak takut, karena bagaimanapun juga tetap merinding. Wong nonton film hantupun, aku pun kadang merinding. Tapi tidak pernah sampai aku histeris karena nya. Tapi yang jelas aku adalah orang yang kalau ada teman walaupun itu satu orang ketakutan jadi lenyap.
Karena itu sebelum berangkat, aku bisikan kepada anggota regu ku. Nanti kalau ada penampakan atau hantu apapun yang mendekati kita.........aku bilang itu bukan HANTU, itu orang atau Kakak Pembina. Kita pukul rame - rame dengan tongkat kita. Kita sepakat!!!
Setelah regu demi regu di lepas dari Bumi Perkemahan dengan diiringi instrument nada HANTU itu, tibalah giliran Regu Kami. Kami berjalan beriringan dengan tongkat di masing - masing anggota. Kami mengikuti jejak ke kiri lurus melewati Jalan besar sampai di ujung jalan besar. Disitu ada kakak Pembina. Kita ambil sesuatu dengan sedikit arahan dari beliau. Terus kami di arahkan belok ke kiri menerobos semak - semak bercampur dengan rumah penduduk yang jarang - jarang. Di ujung semak kami menerobos Perkebunan pohon yang bermacam. Yang saya tahu diantaranya ada rimbunan pohon Bambu.
Kami terus menerobos lewat jalan setapak yang di batasi oleh pagar bambu. Dengan di sekitarnya adalah rimbunan pepohonan.
Disinilah mulai ceritanya.........
Benar dugaan kami........ada penampakan dan itu nyata di keremangan malam dan itu mengarah ke kami di seberang pagar bambu di rimbunan bambu. Jarak kami dengan penampakan makin dekat, makin dekat. Ddi depan kami penampakan itu adalah Hantu POCONG. Huh.......jantungku seperti berhenti, kemudian berdegup kencang dan bulu roma berdiri. Hingga jarak nya bener - bener di depan mata kita hanya sejarak se ayunan tongkat kita. Maka dengan satu komando dan dengan kesadaran bersama, kami pukul rame - rame hantu itu dengan tongkat kita masing - masing.
Apa yang terjadi...........?
Ada teriakan hagh hugh kesakitan dari POCONG itu, yang memang adalah orang yang memakai pakaian ala pocong. Untung nya antara kami dan POCONG itu di batasi oleh pagar bambu. Jadi POCONG itu lari sambil kesakitan. Kami keringatan malam - malam di dalam rimbunan perkebunan itu, karena entahlah keringat ap itu, macam - macamlah.
Selanjutnya kami di ujung perkebunan itu. Kami kehilangan jejak, kekanan apa ke kiri ya? Akhirnya kami pilih ke kanan, jalan terus sampai di Jembatan Kereta Api yang menyeberangi Kali besar itu. Wuih ngeri....kita salah jalan kayaknya.
Kita balik lagi. Disitu kita sudah ditunggu kakak pembina di keremangan malam itu. Kita di suruh nunggu. Sampai beberapa regu menyusul dan melewati kita. Kami sangat keletihan. Sehingga diantara kami ada yang ketiduran di jalan kecil pinggir kali beasr di keremangan malam itu. Rupanya kita mendapat pinalti/hukuman karena kita telah memukuli kakak POCONG tadi. Sehingga sepertinya kamilah yang paling akhir yang di bolehkan melanjutkan perjalanan.
Lalu drama sudah selesai sampai disitu? Tidak...........
Di suatu tempat kami ada yang menunggu, kakak pembina lagi. Kami di beri arahan. Tugas kami masuk ke KUBURAN dekat situ. Kami diminta ambil suatu benda ( Bendera Semaphore) yang di letakan entah dimana. Kami masuk.........
Pertama kami dengan sabar menyusuri satu sejengkal demi sejengkal. Kadang kaki kami terantuk benda/batu Nisan. Sampai kemudian kami tak sabaran, dengan tongkat, kami ayun - ayunkan ke kanan - kiri pohon -pohon di sekitar kami di pekuburan itu. Tapi benda itu tidak kami temukan. Sampai ada peluit kembali mengumpulkan kita. Kami gagal!!!
Sampai kemudian kami sampai kembali ke bumi perkemahan yang ternyata rute yang kami tempuh adalah memutar, hingga sampai kembali ke bumi perkemahan. Dan kami kembali sampai ke tenda dengan kantuk dan kelelahan yang teramat sangat. Kami tidur........
Begitulah masa kecil kami. Begitulah perkemahan kami, jauh sekali dengan perkemahan jaman sekarang. Sekarang suasana sudah terang benderang, dulu kami dalam kegelapan. Kami terangi dengan ONCOR/OBOR . Sekarang uang saku banyak, fasilitas komplit, dulu kami bawa seadanya, masak sendiri. Belum lagi sekarang orang tua bisa berkali - kali tengokin anak, bawa kue - kue dan semacamnya. Dulu ada jerit malam yang aneh - aneh. Sekarang ada?
Ya begitulah ceritanya.........SEREM TAPI LUCU.
POCONG kok deket - deket sama kita, ya kita habisilah. Ngacir Luh..........
Barangkali ada pembaca yang dulu merasa sebagai POCONG, saya mohon maaf. Karena di situlah peran kita masing - masing. Ente sebagai setan pengganggu yang kebetulan bertemu dengan sekumpulan petualang kecil yang bandel.
Kami dulu anak - anak kecil dari SD Negeri Debong Lor. Berkemah di Kecamatan SumurPanggang.
Nanti di lanjut dengan cerita Jerit Malam di waktu yang lain.........
No comments:
Post a Comment