Thursday, August 6, 2009

PIRING UNTUK IBUKU

Kembali ke masa kecilku.......

Kelas berapa yah aku waktu itu? Kalau nggak salah sih kelas 2 SD. Jadi baru 1 - 2 tahun an lah aku mengenal baca tulis. Aku gak pernah masuk TK, jadi Aku langsung masuk SD. Maklum aku orang desa yang orang tua pas - pasan ekonominya. Tapi aku sudah lancar baca dari bulan awal aku kelas 1, karena katanya aku anak pintar....begitulah, walaupun tulisan masih acak - acak.

Uang saku ku nggak banyak, seperti teman - temanku yang lain. Jadi kalau jajan pun pasti yang standar, tidak yang macam - macam. Sering aku jajan bareng sama teman - teman. Macam - macam lah jajan mereka. Diantaranya jajanan lotere yang ada hadiahnya.
Saya lupa apa saja hadiahnya. Tapi yang saya ingat adalah hadiah nomor 2 adalah piring. Nomor 1 lupa saya,........... Tapi aku paling suka hadiah yang nomor 2 itu, ....PIRING. Seandainya aku dapat piring, nanti aku kasih buat ibuku, tentunya aka senang. Tapi aku nggak pernah coba untuk beli undian itu. Sayang tentunya, karena uang sakuku pas - pasanan, walaupun keinginan mendapatkan PIRING itu begitu menggodaku.
Setiap mengantar teman, berhari - hari hadiah utama tidak juga kedapat. Begitu terpikir terus di benakku,.................
Sampai kemudian terpikir dalam otak jahatku. Gimana caranya mendapatkan hadiah Piring itu. Aku dapat ide, untuk menuliskan angka 2.
Setiap aku mengantar teman beli jajan lotere itu, aku minta kupon ANDA TIDAK BERUNTUNG itu. Aku pelajari jenis kertasnya, jenis hurufnya dan warna huruf nya juga. Dengan bekal itu aku mencoba, bermain gila menurutku. Dan sampai sekarang masih teringat terus.......GILA!!!

Sudah aku siapkan lintingan itu, tapi belum siap juga mental ku. Setiap lewat warung itu, ........dicoba? Dag dig dug setiap kali mau mencoba. Berhari - hari lintingan itu sudah ada di tanganku. Dan dorongan itu semakin kuat, selama itu belum di laksanakan. Betul - betul menyiksaku.
Sampai kemudian pada suatu hari,
piring hadiah......y nanti di lanjut. capek

YANG SEREM LAGI...........

Waktu itu aku sudah di besar. Aku sudah lulus sekolah dan sudah bekerja di Jakarta. Sore - sore aku pulang kerja, sekitar jam 16.30. Aku berniat memperbaiki rumah kontrakan ku. Waktu itu adalh musim hujan, tapi sore sepulang kerja itu, suasana sangat cerah. Aku ingin naik ke ke atas , memperbaiki genteng yang bocor kalau hujan. Begitu tersiksa kalau pas hujan di tengah kepulasan tidurku. Sungguh sangat tersiksa. Naiklah aku ke atas genteng, pakai tangga yang aku pinjam dari Pak Haji Pemilik Kontrakan . Aku perbaiki genteng - genteng yang bocor itu. Tapi kadang salah injak, genteng yang aku injak pecah dan ada yang beberap yang pecah. Aku tambal sulam genteng - genteng yang pecah itu, aku tukar dengan bagian ujung atap rumah. Lumayanlah pekerjaan hinnga lumyaan larut sore menjelang Maghrib.
Tibalah waktuku turun. Kontrakan ku ada di tengah dan harus melewati beberapa petak rumah. Di belakang kontrakan ku ada kontrakan punya orang lain. Jadi kontrakan ku itu saling membelakangi. Karena yang bocor adalah genteng belakang, tentunya aku juga lewat belakang. Dan tentunya karena tangga yang adapun tidak cukup untuk bisa lewat depan rumah. Tangga pak Haji itu pendek. Padahal kalo dari depan lebih enak lagi tuh, karena langsung dengan rumah yang aku huni, tapi apa daya.........
Pada kebanyakanrumah, bagian belakang umumnya ya , kamar mandi. Dan jam segitu tentunya banyak lah orang mandi.
Kalau deretan rumah kontrakan ku dari depan ke belakang tertutup, beda dengan deretan kontrakan yang membelakangi kami. Di deretan belakng kontrakan ku rupanya di bagian belakangnya terbuka. Jadi orang mandi di kamar mandi yang bagian atasnya terbuka. Nah itu yang tidak aku sadari dari awalnya.
Jam sore, jam orang mandi...........dan diatasnya tanpa mereka sadari, ada orang di atas.
Bagaimana pembaca bayangkan..............

Aku naik dan turun ke atas genteng dengan pelan, dan sangat hati - hati. Bukan apa - apa, tapi memang ada maksud tertentu. Maksudku adalah agar tidak mengganggu orang lain baik orang yang di deretan kontrakan ku maupun di belakang nya. Tapi ternyata saking pelan nya, sampai mereka yang mandi tidak menyadari. Mereka mandi dengan santai, sampai selesai, tentunya dengan telanjang bulat. Dan semuanya adalah wanita. Sedang aku adalah pria yang harus saya akui, bahwa aku adalah pria normal. wuih.............ada pemandangan bagus sangat vulgar.
Tegang tapi asyiiiiiiiiiiiiiik
Kok sampai mereka selesai............?
Menikmati ya. Jujur ya, tapi juga takut, tapi nikmat!!
Ya lah aku gak berani membuat gerakan apa - apa. Takut membuat mereka kaget, lalu sadar dan teriak ada maling diatas. Sedang ngintip bini orang. Hancurlah aku, aku bisa di hajar rame - rame sama suami mereka. Untung nya mereka gak sadar. jadi aku menikmati pertunjukan itu dari awal hingga akhir dengan gratis.

Sampai mereka selesai, aku baru beringsut turun dari tangga. Alhamdulillah aku selamat.
Selamat lah saya dapat hadiah lagi.
Kejadian itu aku ceritakan kepada teman - teman ku para bujangan di deretan yang sama.
Mereka juga pada ngiler rupanya.............
ya begitulah...........
pengalaman masa di rantau......

SEREM LAGI.............TAPI PINTAR

Kita berlajut ke cerita selajutnya.......cerita yang agak serem lagi.
Dua tahun berikutnya tahun 1983, aku masuk ke SMP. SMP ku ini sudah masuk kota. Jelas beda desa dengan tempat tinggalku.
Masa Orientasi bagi Murid baru diisi dengan bermacam - macam acara. Satu paket di antaranya adalah kemah yang diadakan di bulan Agustusan, Hari PRAMUKA. Semua murid baru pasti harus ikut. Tidak terkecuali, pria atau wanita.

Langsung saja ke cerita malam, yaitu acara jerit malam.
Karena ini adalah acara kemah, terutama untuk anak - anak baru dan hanya satu sekolahan, tentunya beda dengan event perkemahan waktu dulu aku SD di tingkat kecamatan.
SMP walaupun aku di kota, tapi yang aku bilang tadi, .......beda desa.
Kami keluar di tengah malam buta, regu beregu keluar mengikuti rute yang sudah di tentukan yang tidak tahu kamana arah tujuan nya. Rute dari sekolah, kami ambil jalan ke kanan terus belak belok. Kemudian ke kanan lagi lurus........terus. Sampai kemudian belok lagi ke kanan. Sampai kemudian , kami sampai di ujung PEKUBURAN. KUBURAN CLERET.

Waktu itu belum ada penerangan lampu jalan di pekuburan itu. Dan banyak pepohonan yang besar dan rimbun. Dengan Pohon Cemara yang tinggi besar rapat sepanjang pekuburan itu. Kanan kiri Pekuburan adalah sawah dengan Menara sepertinya bekas pabrik di jaman Belanda dulu. Dulu waktu aku kecil, lewat pekuburan itu, walaupun siang, apalagi sendiri,.......wih serem. Sepertinya aku lewat itu gak nyampe - nyampe. Di tambah angin dari pepohonan yang bersautan menambah bulu kuduk ku berdiri. Sekarang Pekuburan itu di apit oleh komplek perumahan dan perumahan penduduk lokal. Sekarang lampu malam begitu benderang. Sekarang kalau mau lewat pekuburan itu, sangatlah beda dengan dulu. Dulu kita jalan kaki atau paling banter kita kayuh sepeda......yang sepertinya sangat berat langkah kita ataupun berat kita kayuh sepeda kita. Sekarang kita lewati jalan itu kalau siang ramai, kalau malam diterangi Lampu Penerangan Jalan. Dan sekarang kita lewatpun dengan motor,.......wesss sekejap udah melewati. Sekarang namanya seolah dipoles jadi PEKUBURAN ARUM.

Kembali ke jerit malam.........
Di Tepi Ujung Pekuburan itu satu regu di pisahkan dari regu yang lain, untuk menerima perintah dari Kakak Pembina . Di pisah jarak dari regu yang lain.
Sebelum kami tiba di tepi/Pos Uji, kami lihat regu - regu yanga lain. Kami banyak melihat kesibukan dari banyak kakak pembina. Terutama kami melihat banyak diantaranya yang menggotong tandu. Rupanya pingsan, terutama peserta wanita.

Tibalah kami di tepi Pekuburan itu. Ujian apa ini ? Aku bertanya- tanya. Bulu kudukku berdiri sambil jantung ku berdegup.
Ternyata..........ujiannya adalah..........
Kami di perintahkan satu persatu melewati pekuburan itu sampai ke ujung dari tepian pekuburan itu. Disana nanti ada kakak pembina lain yang menunggu. Lewat pekuburan........hiii, gelap gulita waktu itu.
Tapi disaat itu timbul pikiran di otak ku. Aku bisikan ke teman - teman. "Nanti aku jalan dulu , berapa meter di depan aku jongkok menunngu kalian. Nanti kalian akan menabrak aku, dan kita setelah kumpul kita baru jalan". "OK" Teman - teman setuju.
Dan begitulah aku mulai jalan dulu. Sampai aku melihat mereka di belakangku, aku nggak kelihatan lagi, aku jongkok menunggu team. Satu temanku menabrak menyusulku, hingga satu persatu teman - teman ku kumpul. Amanlah kita sampai di ujung pekuburan menemui kakak pembina disana.
Tidak seperti regu yang lain, banyak diantara mereka yang pingsan. Tidak jaang diantaranya adalah peserta cowok, apalgi yang cewek.

Begitulah aku melewati ujian itu dengan trik dan kebersamaan.

Untuk teman - teman ku dulu.........salam kangen untuk kalian
Dimanakah kau berada.............?
Ingin aku berjumpa........
walau kita bukan Presiden ataupun pejabat
Tanggal kan kesombongan yang bukan milik kita

SEREM TAPI LUCU

Kisah ini nyata dari penulis dan baru kali ini ingin sayamenuliskan nya untuk berbagi dengan teman - teman yang lain. Kisah ini teringat kembali karena sekarang lagi musim nya Anak - anak berkemah. Barangkali dari pembaca ada teman - teman seangakatan ku dulu di SD yang ikut dalam perkemahan, karena tidak semua dari teman - teman ikut kegiatan ini. Dan tentunya juga ikut satu Regu dalam Kegiatan Perkemahan itu dan terutama tentunya yang ikut dalam acara Kegiatan Malam (JERIT MALAM) , karena sebagian ada yang di tinggal di tenda, cuma saya lupa siapa mereka yang tidak ikut kegiatan Jerit Malam dan harus tinggal di tenda. Mereka yang ikut Jerit Malam, kalau membaca tulisan ini pasti akan teringat kembali kisah yang aku tuliskan ini.

Ini kisah anak - anak tentang petualangan malam yang di bumbui dengan merindingnya bulu roma.................

Waktu itu kalau gak salah, aku masih duduk di kelas 5 Sekolah Dasar. Kenapa Kelas 5 yang di pilih ikut kegiatan ini? Itu karena pertimbangan bahwa kelas 5 adalah kelas tertua, yang masih punya waktu untuk kegiatan yang sifatnya ekstra, sedang kelas diatasnya, kelas 6 adalah di persiapkan untuk menghadapi EBTA/EBTANAS tentunya. Karena paling tua jadi dianggap paling siap baik fisik maupun mental untuk mengikuti event se kecamatan itu.

Kelas 5,.......
jadi kira - kira tahun 1981 lah. Waktu itu Penerangan Listrik belum menjangkau ke Pedesaan - pedesaan. Kota pun hanya jalan - jalan protokol yang ada penerangan jalan umum. Rumah - rumah warga kebanyakan masih menggunakan lampu Templok. Lampu Petromak pun hanya kalangan tertentu. Jadi kalau malam sangat lah gulita........

Kami beregu kalau nggak salah terdiri dari 10 orang. Satu Sekolah mengirim 2 regu putra & putri. Kami berkemah di Lapangan Kecamatan.
Tidak seperti kemah jaman anak - anak sekarang.........jauh beda.
Kami bawa peralatan masak sendiri, beras , garam & bumbu - bumbu untuk nanti di masak sendiri. Pasang tenda sendiri, apapun serba di lakukan sendiri - sendiri dengan teman - teman. Begitu kompak dan mandiri. Sangat beda dengan anak - anak sekarang.

Dekat dengan kami berkemah ada Kali besar,.KALI KEMIRI..............yang konon kata orang di desaku , kali itu ada penghuninya. Ada buaya, buaya jadi - jadian & ada siluman konon katanya. Kami dalam angan anak - anak tentunya, disuatu desa yang bukan desa dimana aku tidak tahu seluk beluknya.........negeri Antah Berantah, begitulah.

Bayangkanlah di usia kecil itu di tahun 80-an........gelap kalau malam........

Sampai pada inti cerita.........

Dipilihlah beberapa dari kami mewakili regu, untuk mengikuti kegiatan Jerit Malam. Inti dari kegitan ini adalah kegiatan yang dimulai tengah malam, kemudian mengikuti jejak yang sudah di tentukan untuk di ikuti, selanjutnya kita di minta untuk menemukan suatu target(benda) di suatu tempat. Biasanya tempat itu adalah pekuburan. Dan jaman dulu itu yang umumnya memang pekuburan. Dan memang tempat yang jadi sasaran Acara Jerit Malam waktu itu yang memang KUBUR.
Bayangkan Kubur di desa Antah Berantah, bukan desa nenek moyangku, di th 80-an yang gelap gulita di kala malam dan di sebelah kali besar yg konon katanya serem. Dan waktu aku kecil, beredar cerita penculikan anak kecil, di potong kepala nya tuk tumbal suatu proyek. Kalau dulu kami menyebutnya di culik BEDOGAN. Paling NGERI !!!!

Sebelumnya kami dikumpulkan di lapangan yang terbuka. Semua Regu dari masing - masing GUDEP berkumpul. Di kasih briefing dan semacam nya lah. Tentunya di ikuti gaya tegas ala militer lah. Di sela - selanya kita di suguhkan instrument dengan alunan yang bikin bulu roma berdiri. Ada suara jeritan, auman dan semua yang bikin kita ngeriiiiiii. Angin dingin menambah suasana mencekam.
Jaman itu paling ngetrend adalah saat kita sudah keluar dari bumi perkemahan, melewati rute yang sudah di tentukan, menerobos semak - semak, perkebunan atau di pekuburan, adalah........semacam uji nyali.
Saya di tunjuk jadi ketua Regu, dengan anggota regu di pilih dari anak - anak yang katanya pemberani dengan sedikit predikat nakal. Saya bukanlah orang yang pemberani amat lah dan jelas bukan type penakut. Kalaupun saya penakut adalah , saya lebih takut kepada hal - hal yang lebih real, misal BEDOGAN itu dan orang jahat semacamnya dari pada terhadap Hantu atau syetan semacamnya. Karena sampai sekarang saya nggak pernah lihat rupa yang namanya Hantu ataupun Syetan itu. Bukannya tidak takut, karena bagaimanapun juga tetap merinding. Wong nonton film hantupun, aku pun kadang merinding. Tapi tidak pernah sampai aku histeris karena nya. Tapi yang jelas aku adalah orang yang kalau ada teman walaupun itu satu orang ketakutan jadi lenyap.
Karena itu sebelum berangkat, aku bisikan kepada anggota regu ku. Nanti kalau ada penampakan atau hantu apapun yang mendekati kita.........aku bilang itu bukan HANTU, itu orang atau Kakak Pembina. Kita pukul rame - rame dengan tongkat kita. Kita sepakat!!!

Setelah regu demi regu di lepas dari Bumi Perkemahan dengan diiringi instrument nada HANTU itu, tibalah giliran Regu Kami. Kami berjalan beriringan dengan tongkat di masing - masing anggota. Kami mengikuti jejak ke kiri lurus melewati Jalan besar sampai di ujung jalan besar. Disitu ada kakak Pembina. Kita ambil sesuatu dengan sedikit arahan dari beliau. Terus kami di arahkan belok ke kiri menerobos semak - semak bercampur dengan rumah penduduk yang jarang - jarang. Di ujung semak kami menerobos Perkebunan pohon yang bermacam. Yang saya tahu diantaranya ada rimbunan pohon Bambu.
Kami terus menerobos lewat jalan setapak yang di batasi oleh pagar bambu. Dengan di sekitarnya adalah rimbunan pepohonan.
Disinilah mulai ceritanya.........
Benar dugaan kami........ada penampakan dan itu nyata di keremangan malam dan itu mengarah ke kami di seberang pagar bambu di rimbunan bambu. Jarak kami dengan penampakan makin dekat, makin dekat. Ddi depan kami penampakan itu adalah Hantu POCONG. Huh.......jantungku seperti berhenti, kemudian berdegup kencang dan bulu roma berdiri. Hingga jarak nya bener - bener di depan mata kita hanya sejarak se ayunan tongkat kita. Maka dengan satu komando dan dengan kesadaran bersama, kami pukul rame - rame hantu itu dengan tongkat kita masing - masing.
Apa yang terjadi...........?
Ada teriakan hagh hugh kesakitan dari POCONG itu, yang memang adalah orang yang memakai pakaian ala pocong. Untung nya antara kami dan POCONG itu di batasi oleh pagar bambu. Jadi POCONG itu lari sambil kesakitan. Kami keringatan malam - malam di dalam rimbunan perkebunan itu, karena entahlah keringat ap itu, macam - macamlah.
Selanjutnya kami di ujung perkebunan itu. Kami kehilangan jejak, kekanan apa ke kiri ya? Akhirnya kami pilih ke kanan, jalan terus sampai di Jembatan Kereta Api yang menyeberangi Kali besar itu. Wuih ngeri....kita salah jalan kayaknya.
Kita balik lagi. Disitu kita sudah ditunggu kakak pembina di keremangan malam itu. Kita di suruh nunggu. Sampai beberapa regu menyusul dan melewati kita. Kami sangat keletihan. Sehingga diantara kami ada yang ketiduran di jalan kecil pinggir kali beasr di keremangan malam itu. Rupanya kita mendapat pinalti/hukuman karena kita telah memukuli kakak POCONG tadi. Sehingga sepertinya kamilah yang paling akhir yang di bolehkan melanjutkan perjalanan.
Lalu drama sudah selesai sampai disitu? Tidak...........
Di suatu tempat kami ada yang menunggu, kakak pembina lagi. Kami di beri arahan. Tugas kami masuk ke KUBURAN dekat situ. Kami diminta ambil suatu benda ( Bendera Semaphore) yang di letakan entah dimana. Kami masuk.........
Pertama kami dengan sabar menyusuri satu sejengkal demi sejengkal. Kadang kaki kami terantuk benda/batu Nisan. Sampai kemudian kami tak sabaran, dengan tongkat, kami ayun - ayunkan ke kanan - kiri pohon -pohon di sekitar kami di pekuburan itu. Tapi benda itu tidak kami temukan. Sampai ada peluit kembali mengumpulkan kita. Kami gagal!!!

Sampai kemudian kami sampai kembali ke bumi perkemahan yang ternyata rute yang kami tempuh adalah memutar, hingga sampai kembali ke bumi perkemahan. Dan kami kembali sampai ke tenda dengan kantuk dan kelelahan yang teramat sangat. Kami tidur........

Begitulah masa kecil kami. Begitulah perkemahan kami, jauh sekali dengan perkemahan jaman sekarang. Sekarang suasana sudah terang benderang, dulu kami dalam kegelapan. Kami terangi dengan ONCOR/OBOR . Sekarang uang saku banyak, fasilitas komplit, dulu kami bawa seadanya, masak sendiri. Belum lagi sekarang orang tua bisa berkali - kali tengokin anak, bawa kue - kue dan semacamnya. Dulu ada jerit malam yang aneh - aneh. Sekarang ada?

Ya begitulah ceritanya.........SEREM TAPI LUCU.
POCONG kok deket - deket sama kita, ya kita habisilah. Ngacir Luh..........

Barangkali ada pembaca yang dulu merasa sebagai POCONG, saya mohon maaf. Karena di situlah peran kita masing - masing. Ente sebagai setan pengganggu yang kebetulan bertemu dengan sekumpulan petualang kecil yang bandel.
Kami dulu anak - anak kecil dari SD Negeri Debong Lor. Berkemah di Kecamatan SumurPanggang.

Nanti di lanjut dengan cerita Jerit Malam di waktu yang lain.........